Tantangan Allah Swt untuk Manusia dan Jin: Mampukah Menembus Langit? | QS 55:33 - Laa Tanfudzuuna Illaa Bisulthaanin

A. PENGANTAR
Mencabut ayat dari konteksnya adalah suatu kesalahan. Akan tetapi, sayangnya "adik kecil" kita, umat Islam, kerapkali melakukan hal itu dalam memaknai ayat Quran. QS 55:33 sering diklaim sebagai "nubuat ilmiah" bahwa manusia ditakdirkan memiliki kemampuan untuk "menembus langit". Kenyataannya? Gagal paham.

B. DALIL QURAN
QS 55:33 (Ar-Rahmaan - Maha Pemurah, Urutan Turun Quran: 97, Madaniyah)
yaa ma’syara aljinni waal-insi ini istatha’tum an tanfudzuu min aqthaari alssamaawaati waal-ardhi faunfudzuu LAA TANFUDZUUNA ILLAA BISULTHAANIN
Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, KAMU TIDAK DAPAT MENEMBUSNYA KECUALI DENGAN KEKUATAN.

Perikop: 55:31-45 Ancaman Allah terhadap Perbuatan Durhaka

C. TAFSIR (1)
Ibn Abbas
O company of jinn and men, if ye have power) if you are able (to penetrate (all)) to break free from (regions) the extremities (of the heavens and the earth) and from the rows of angels; (then penetrate (them)) then break free and flee! (You will never penetrate them) you will not be able to break free (save with (Our) sanction) save with a reason and proof.

Jalalayn
O company of jinn and humans, if you are able to pass through, to exit from, the confines, the regions, of the heavens and the earth, then pass through! — a command [meant] to challenge them to what they are incapable of [doing]. You will not pass through except with a sanction, [except] with some power, and you have no power for such a thing.

Ibn Kathir
(O assembly of Jinn and men! If you are able to pass beyond the zones of the heavens and the earth, then pass beyond (them)! But you will never be able to pass them, except with authority (from Allah)!) meaning, `you will never be able to escape Allah's orders and decrees, because it encompasses you. You will never be able to avoid or avert His rule and judgement over you, you are surrounded by it wherever you may be.' This is also about the Gathering when the angels, comprising seven lines in every direction, will surround the creatures. None of the creatures will be able to escape on that Day, (except with authority) meaning, except with the commandment from Allah,

D. PEMBAHASAN
Departemen Agama RI menempatkan ayat 33 dalam kelompok ayat (perikop) 31-45 dan diberi judul perikop: "Ancaman Allah Terhadap Perbuatan Durhaka". Secara konteks, ayat itu adalah tantangan Allah kepada manusia dan jin yang tidak memercayai Muhammad.

Banyak umat Islam memaknai ayat 33 sebagai bukti bahwa itulah bukti bahwa di Quran sudah dinyatakan bahwa "manusia sanggup menembus langit". Biasanya debater Islam akan ber-eisegese dengan menyebut bahwa, misalnya, pencapaian manusia menginjakkan kaki di bulan adalah bukti Quran sesuai sains karena sudah dinyatakan dalam Quran bahwa "... kamu tidak dapat melintasinya kecuali dengan kekuatan". Akan tetapi, bila diteliti secara konteks dan tafsir justru hal itu membuktikan bahwa umat Islam telah salah memahami ayat tersebut.

Tiga ulama penafsir Quran menegaskan KETIDAK-MUNGKINAN bagi manusia dan jin untuk menembus langit. Sangat logis menyebut hal itu sebagai suatu KETIDAK-MUNGKINAN karena secara konteks, Allah Swt menyatakan tantangan di ayat tersebut. Jika tantangan itu disanggupi manusia atau jin, itu namanya bukan tantangan lagi sebab tantangan sudah terjawab. " ... a command [meant] to challenge them to what they are incapable of [doing]. You will not pass through except with a sanction, [except] with some power, and you have no power for such a thing. ..."

Secara konteks ayat, QS 17 (Al-Israa - Perjalanan Di Malam Hari, Urutan Turun Quran: 50, Makkiyah) dan QS 53 (An-Najm - Bintang, Urutan Turun Quran: 23, Makkiyah), menceritakan tentang kejadian di mana Muhammad sanggup "Menembus Langit". Tantangan Allah dalam QS 55:33 yang turun jauh setelah peristiwa Isra Miraj semakin menegaskan bahwa "Menembus Langit" adalah suatu ke-mustahil-an kecuali yang sudah dilakukan oleh Muhammad. Itulah sebabnya dalam QS 55:33, Allah menantang apabila manusia dan jin sanggup melakukan hal yang sama dan itu mustahil dilakukan. Sebagaimana telah disebut Jalalayn, " ... You will not pass through except with a sanction, [except] with some power, and you have no power for such a thing."

Dengan demikian tepatlah teolog Islam Indonesia, Taufik Adnan Amal, memberikan penjelasan demikian (2):
Dalam dua bagian al-Quran (52:29 dan 69:42), para penentang Nabi memandangnya sebagai kãhin (“tukang tenung”) dan wahyu-wahyu yang disampaikannya sebagai “perkataan tukang tenung.” Demikian pula, dalam beberapa bagian al-Quran (21:5; 37:36; 52:30 cf. 69:41) ia dituduh sebagai syã‘ir (“penyair”), atau di tempat lain (15:6; 68:51; 7:184; 37:36; 44:14; 23:70; 34:8; 51:52) sebagai majnûn (“kerasukan jin atau berada di bawah pengaruhnya”). Sejumlah bagian al-Quran lainnya menginformasikan bahwa Muhammad dianggap para penentangnya sebagai sãhir (“tukang sihir,” 10:2; 38:4; 51:52) atau mashûr (“korban sihir,” 17:47; 25:8), dan wahyu wahyu yang diterimanya sebagai sihr (“sihir,” 6:7; 11:7; 21:3; 34:43; 37:15; 43:30; 46:7; 52:15; 54:2; 74:2).
Berbagai gagasan para penentang Nabi di atas secara eksplisit mengungkapkan bahwa sumber inspirasi al-Quran berasal dari ruh ruh jahat atau kekuatan-kekuatan setaniah, bukan dari Allah. Dalam konsepsi pagan Arab, baik tukang tenung, penyair ataupun penyihir, semuanya dibantu untuk mengetahui persoalan gaib oleh jin atau setan. Terhadap konsepsi ini, al-Quran mengemukakan bahwa jin-jin telah mencapai langit yang ternyata dijaga ketat dan penuh dengan bintang-bintang penyambar, serta dari tempat tersembunyi mereka berupaya menguping “berita-berita langit.” Tetapi, setelah pengutusan Muhammad, tak satu pun di antara mereka yang bisa berbuat demikian (72:8-9). Hal senada juga dikatakan berulangkali oleh al-Quran sehubungan dengan setan setan yang secara sembunyi-sembunyi berusaha mencuri berita langit, tetapi dihalau dengan sambaran bintang (15:16-18; 67:5; dll.). Jadi, bagi al-Quran, berita-berita langit yang disampaikan Muhammad, tidaklah berasal dari inspirasi setaniah atau jin, karena sejak pengutusannya, baik jin maupun setan tidak lagi bisa mendekati “langit.”

E. KESIMPULAN
Ulama-ulama Islam penafsir Quran Anda sendiri yang sudah menunjukkan bahwa Quran memang menyebut manusia dan jin tidak akan mampu menjawab tantangan Allah Swt di QS 55:33: menembus langit. Menyebutkan bahwa manusia yang telah sampai ke bulan sebagai pembuktian sainstifik terhadap kebenaran ayat Quran adalah suatu kebodohan yang nyata.

Akhirul qalam,
QS 72:8-9 (Al-Jin - Jin, Urutan Turun Quran: 40, Makkiyah)
dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).

-------
Footnote
(1) http://quranx.com/Tafsirs/55.33
(2) Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Quran, hlm. 61-62. https://aweygaul.files.wordpress.com/2012/06/rekonstruksi-sejarah-alquran.pdf